Tentang Magang(ku)
- defrinaanggraeni
- Jun 11, 2015
- 2 min read
Awalnya
Magang adalah hal yang ingin aku lakukan sebelum lulus kuliah. Ada beberapa faktor kenapa magang itu penting bagiku, (aku rasa) sesuatu yang aku butuhkan. Diantara semua alasan, salah satunya karena beberapa acara inspiratif yang pernah kuikuti dan di dalamnya mensiratkan sebuah pesan, "ayo, magang!".
Sebenarnya, jauh sebelum aku mengikuti #visitstudio dll, aku pernah mendiskusikan keinginanku ini dengan seorang 'guru' (ya sebut saja dosen, tapi aku lebih suka dengan ungkapan 'guru'). Beliau sangat mendukung akan niat ini, beliau juga memaparkan beberapa manfaatnya, dan dukungan semangat. Tapi satu hal yang beliau ingatkan, "Terakhir, kembali lagi ke ridho orangtua, kalau orangtua mengizinkan untuk magang, ya lakukanlah" Itu merupakan kalimat penutup, yang bagiku kalimat yang cukup…. Hhmm, cukup perlu dipertimbangkan, hhmm.. izin orangtua ya? hehe..
Segala pertimbangan (aku rasa), sudah aku pertimbangkan! Aku berkeputusan untuk magang di Jakarta, cuti kuliah, mengemas barang-barangku dan membawa pulang, lalu setelah 6 bulan kembali lagi ke Semarang, lalu melanjutkan kuliah_TA pada periode 4 dan fokus pada kelulusan.
Tunggu…“Mengemas barang-barangku?” ya, 6 bulan bukanlah waktu yang sebentar untuk mengeluarkan iuran kos tanpa penghuni, iyakan? Lagipula, aku butuh komputerku selama magang. Huufftt.. pasti menemukan keganjilan? Oke, baiklah, aku akui, aku sudah mempertimbangan tapi bukan berarti menghasilkan keputusan yang bijaksana, hehehe. Sangat terlihat hanya penuh ambisi akan magang. Sepertinya ini memang bukan hal yang terbaik, selang beberapa waktu setelah bapak mengantarku untuk melamar magang di Jakarta, beliau berubah pikiran_ menarik izin untuk cuti kuliah karena magang. Seolah Tuhan memang pro dengan orangtua, pengajuan magangku pun ditolak, dengan alasan mereka sedang tidak membuka internship.
Akhirnya
Salah satu motif aku ingin magang ialah belajar, aku ingin belajar, bukan dari kampus tapi dari biro arsitek. Bukan karena aku anak pintar yang haus akan ilmu pengetahuan, tapi karena aku merasa bodoh, kepala ini masih kopong, buta akan arsitektur pada dunia nyata.
Ternyata, tuhan punya skenario yang terbaik untukku. Pada akhirnya, aku diberi kesempatan belajar di luar kampus. Walaupun tidak selama 6 bulan, hanya 2 bulan saja. Itupun juga di Semarang, dan waktu 2 bulan itu membuatku tidak harus mengundur keikutsertaan TA hingga periode 4, bahkan seusainya ada waktu jeda yang bisa aku pergunakan untuk mematangkan data untuk TA-ku.
Kalau direka ulang, aku memang tidak pernah mengutarakan 6 bulan sebagai waktu magang terbaikku, tapi aku selalu mengutaran sebuah niat akan sebuah pembelajaran yang dapat diberikan dari tempat magang kepadaku, dalam doaku.
Manusia itu cuma bisa berencana ya, kepastian akan terjadinya tentu saja butuh acc oleh tuhan, sebut saja faktor X, eh atau faktor T ya? hehehe..
Terima kasih banyak untuk semuanya, special thanks to Allah,Orangtuaku, Adel, etc (yang tak bisa kusebutkan satu-satu), karena kalian magang ini terwujud :)

"Your work is going to fill a large part of your life and the only way to be truly satisfied is to do what you believe is great work. And the only way to do great work is to love what you do" -Steve Jobs-
Comments